Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Aku Melupa

Dulu ketika aku menggurat senyum di bibir saat memandangmu, duniaku berhenti. Hanya keindahan yang ketemukan di dalamnya. Kurasakan keindahan itu hingga jauh ke sana, ke dalam relung hati. Bersemayam hingga beberapa saat, menyejukkan asa yang haus kedamaian. Mungkin saja kau diturunkan ke dunia untuk menebar hal hal indah dengan perangaimu yang meneguhkan perasaan. Mungkin juga aku salah satu manusia yang ditakdirkan untuk sembunyi sembunyi menatapmu, dengan tergesa melihat ke arah lain saat hampir ketahuan. Tak apa, aku tetap menyukainya walaupun terlihat seperti seorang pengecut. Dulu ketika aku diam diam memperhatikan langkah kakimu, aku merasa hanya ada kita yang berjalan bersisihan sambil bercengkerama serta mengurai tawa. Membahas cuaca hari itu yang sebenarnya kurang indah, namun bersamamu sudah cukup untuk mengubah cuaca paling buruk sekalipun.   Menenangkan. Kemudian dengan perlahan kita berdua semakin ber usia. Dunia yang kita pijak tak sama lagi. Hati ini tak s

Belum Berakhir

Perjalanan panjang alam bawah sadar yang tak pernah usai. Di sana, aku bertemu dengan manusia yang seharusnya tidak aku temui. Di sana, manusia itu mengulurkan tangannya saat aku terperosok ke dalam pusaran tiada ujung. Menariknya, dan bercengkerama dengan ramah. Membuatku lupa akan garis takdir yang tak boleh dilampaui. Apa sebenarnya guna perjalanan ini? Karena setiap tersadar menyisakan harapan semu seperti orang bodoh. Fase ini selalu saja terjadi. Seperti para astrologi yang pandai membaca tanda alam, begitu pun dengan manusia ini. Dia begitu saja menerobos masuk tanpa menggunakan tanda pengenal. Muncul sebagai pemeran utama tanpa persetujuan siapapun. Bebas melenggang dan melakukan apa saja yang dia kehendaki. Kedatangannya selalu mengisi kehampaan sebuah ruang. Seringkali aku menangkap radar keberadaanya, tapi aku tak punya kuasa untuk mengusirnya. Saat kukira semua kisah sudah berakhir, nyatanya tidak. Cerita ini belum berakhir. Bahkan mungkin tidak akan pernah berakh

Tetap Diam

Tidak banyak yang aku lakukan. Hanya berusaha memahami apa yang sedang terjadi pada diri ini. Aku tak kunjung memilih mendampingi seseorang, maupun bersedia didampingi seseorang dalam waktu dekat. Ketika lingkungan di sekitarku perlahan berubah seperti time laps yang terus bergerak, hanya aku yang diam. Mereka semakin dewasa, semakin mantap menginjak keputusan mereka memasuki “dunia baru” selanjutnya. Berpacaran. Menikah. Membangun keluarga baru. Bagiku, masih terlalu dini untuk memulai. Sungguh. Berprasangkapun tidak. Belum. Sudah barang tentu aku menginginkan kehidupan penuh romantisme percintaan dengan lelaki pilihan. Entahlah, aku tidak merasa aku terlalu aneh karena masih sendiri hingga sekarang, belum pernah menjalani sebuah hubungan yang orang sebut “pacaran” dan sejenisnya. Tapi tak sedikit pula yang menganggapku aneh dan bertanya apakah aku pernah menyukai seseorang. Tentulah, GOD!! Memang, terkadang aku pun bingung. Jalan seperti apa yang sedang kutempuh, keputusan