Aku Melupa
Dulu ketika aku
menggurat senyum di bibir saat memandangmu, duniaku berhenti. Hanya keindahan
yang ketemukan di dalamnya. Kurasakan keindahan itu hingga jauh ke sana, ke
dalam relung hati. Bersemayam hingga beberapa saat, menyejukkan asa yang haus kedamaian.
Mungkin saja kau diturunkan ke dunia untuk
menebar hal hal indah dengan perangaimu yang meneguhkan perasaan. Mungkin juga
aku salah satu manusia yang ditakdirkan untuk sembunyi sembunyi menatapmu,
dengan tergesa melihat ke arah lain saat hampir ketahuan. Tak apa, aku tetap
menyukainya walaupun terlihat seperti seorang pengecut.
Dulu ketika aku diam
diam memperhatikan langkah kakimu, aku merasa hanya ada kita yang berjalan
bersisihan sambil bercengkerama serta mengurai tawa. Membahas cuaca hari itu
yang sebenarnya kurang indah, namun bersamamu sudah cukup untuk mengubah cuaca
paling buruk sekalipun. Menenangkan.
Kemudian dengan
perlahan kita berdua semakin ber usia. Dunia yang kita pijak tak sama lagi.
Hati ini tak sama lagi.
Aku tak sempat lagi menatapmu
dan memperhatikan langkahmu. Kau pun tak lagi memancarkan kehangatan selayaknya
dulu. Sinarmu redup. Berubah menjadi angin dan mendung yang kelabu.
Apa yang terjadi? Siapa
yang berubah?
Ketika berbagai
pertanyaan terlintas dan tak kunjung kutemukan jawaban, akhirnya aku sadar. Hanya
aku seorang. Hanya aku yang mengharapkan kau untukku. Aku lah yang berubah. Aku
tak menjaga tempat untukmu agar tetap disana. Aku teralihkan dengan segala
kesibukan hingga tak sempat menjaga tempat itu.
Dan aku baik baik saja.
Aku tidak merasa kehilangan dan semacamnya. Waktu mengikis segala jejak yang
tertinggal. Menghapus segala perasaan dan bersiap untuk perasaan lain di persinggahan
selanjutnya. Aku telah melupa.
Komentar
Posting Komentar