Rasa

Untukmu, yang semoga diciptakan Tuhan untuk menjadi pasanganku.

Aku sempat meminjam namanya, jauh sebelum semua cerita ini terjadi. Tanpa ijin apalagi sepengetahuannya, aku menyelipkan namanya beberapa kali dalam keheninganku meminta kepada Tuhanku. Aku melakukannya tidak lebih dari tiga kali, sungguh. Setelahnya, aku memutuskan untuk tidak menyelipkan namanya lagi. Tidak seharusnya aku menginginkan sesuatu yang bukan diciptakan untukku, pikirku saat itu.

Kemudian, suatu hari di bulan November 2020. Nama yang pernah kusampaikan pada Tuhan, datang dan mengisi lembar baru di cerita hidupku. Aku dengan segala kegugupanku memutuskan untuk menyesuaikan langkah kakimu. Begitu juga denganmu. Kita saling menerka dan berkelana ke dalam pikiran satu sama lain. Mencoba untuk memahami apa-apa yang kamu suka dan kamu tidak suka. Sayangnya, tidak ada buku panduan untuk mengenal perjalanan hidupmu. Jika ada, aku akan segera membelinya supaya lebih cepat memahami semua tentangmu. Ketika membacanya mungkin saja aku akan kecewa, mungkin sedih, mungkin juga bahagia. Tapi selama itu adalah duniamu, aku akan berada di pihakmu. Tidak apa tidak ada buku tentangmu. Sebenarnya aku khawatir jika buku itu ada. Kalau-kalau orang lain membacanya dan lebih mengenalmu, aku takut kau melepaskanku begitu saja. Aku bersedia mengenalmu dengan caraku sendiri, maka tetaplah disisiku untuk waktu yang lama.

Wanita urutan ke berapakah aku dalam sederet pengalamanmu? Aku tidak tahu. Tenang saja, aku tidak akan mempermasalahkannya. Bagiku, kamu adalah yang pertama. Entah ini adalah sesuatu yang akan berakhir baik atau tidak, tapi aku bersyukur dengan semua cerita yang telah terjadi. Kau tau? Aku mengalami banyak kesulitan saat melakukan sesuatu untuk pertamakali. Tapi percayalah, semua akan baik-baik saja untuk waktu berikutnya.

Perihal rasa selalu menjadi persoalan yang tidak sederhana. Karena di dalamnya terdapat aturan tak tertulis untuk saling menumbuhkan dan menjaga. Mengambil sebuah keputusan untuk jatuh cinta tidak semudah berterimakasih atau meminta maaf. Lebih berat dari dua hal itu. Karena dibalik kata cinta, kita sama-sama tau ada pengorbanan dan tanggungjawab yang mengiringinya. Aku akan berusaha untuk kedua hal itu. Maka jadikanlah penantianku berujung pada pemberhentian terakhir di pelabuhanmu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belum Berakhir

hari-hari yang membosankan