Worries
Harapan dan kesalahan bersatu. Akupun masuk ke dalam
pusarannya. Di dalam pusaran itu aku terseret ke berbagai arah. Tanpa
seorangpun ku kenal, aku mencoba bergabung kesana kemari, mencocokkan
lingkungan yang tepat untuk bertahan hidup. Tentunya setelah melewati seleksi
alam dan evolusi dari waktu ke waktu aku berhasil beradaptasi. Banyak yang
berubah saat aku berjalan dari satu titik ke titik lain.
Di tempat ini tidak ada ambisi. Aku terlalu enggan untuk
melangkah. Ketika mendengar kerja keras tak akan menghianati, definisi kerja
keras seperti apa lagi yang harus aku korbankan? Di tempat ini tak ada seseorang
yang mengatakan bahwa ini salah atau ini benar. Dengan begitu, lebih banyak
kesalahan yang kubuat dibanding kebenaran.
Seorang gadis berumur 20 tahun yang mencoba bertahan hidup
ditengah badai, apa yang seharusnya ia lakukan? Apa yang akan terjadi padanya ketika waktu
terus berjalan? Apakah dia akan memilih mati? Atau diam menunggu badai berhenti
dan melanjutkan perjalanan? Atau dengan dramatis menembus badai?
Permasalahan semakin pelik. Jati diri dan citra yang dibangun
di depan orang lain semakin sulit dibedakan. Ketika menghabiskan waktu
sendirian, perbedaan itu semakin membuat gelisah. Hanya emosi bergejolak yang
mencoba menepis bahwa semua kesalahan yang telah dilakukan adalah salah satu
bagian dari syarat bertahan hidup. Tidak ada solusi. Pembelaan tak berdasar
setidaknya sedikit mengurangi beban.
Belenggu masa depan tak juga usai. Aku sudah terlibat dalam
rantai makanan berukuran besar. Sudah ada kewajiban yang harus dilakukan untuk
menjaga siklus tidak berubah. Dan inilah yang dinamakan dunia orang dewasa.
Dunia penuh pertanggungjawaban. Meskipun sepintas tidak ada aturan tersurat di
dunia ini, tapi kenyatannya semuanya diatur. Ketika salah satu menyimpang dari sistem
yang seharusnya, susunan akan berubah. Tidak lagi terjadi keharmonisan.
Apakah semuanya akan baik-baik saja?
Komentar
Posting Komentar