Gerimis

Ke arah mana aku harus mengejar pelangi?Bukankan gerimis tadi sore sudah cukup untuk mengundang kehadirannya? Kenapa dia masih juga enggan untuk menampakkan diri?

Ke arah mana aku harus mengejarnya?
Meskipun sudah cukup kuberikan undangan dengan gerimisku untuknya, dia masih enggan untuk datang. Apakah karena awan yang masih mendung? Sehingga cahayaku tidak dapat melewati tetesan gerimis? Semoga mendung di hatimu segera berakhir, supaya cahayaku dapat membiaskan air itu. Supaya gerimis yang kukirimkan tidak terbuang percuma. Supaya pelangi itu terlihat lagi.

Aku terlalu mendambanya. Ingin menyaksikan rupa warna yang terpancar dalam matanya setiap detik. Dan memastikan berkali kali bahwa aku bahagia jatuh ke dalam sihirnya. Dia adalah putih yang mengurai warnanya menjadi tujuh. Aku merasa damai melihat setiap jengkal warna yang diciptanya. Dan juga merasa damai dalam dekap hangat peluknya.

Kau hanya datang sesudah hujan turun bukan? Padahal aku menginginkanmu datang setiap saat. Setidaknya setelah aku mengirimkan gerimis, aku menunjukkan betapa aku ingin berjumpa denganmu. Iya, aku hanya mampu memberimu gerimis. Tak kuasa memberimu hujan. Bukankah kamu mudah sakit karena hujan? Aku tak ingin membuatmu sakit.

Tidak bisakah hanya dengan gerimisku cukup untuk membuatmu datang?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belum Berakhir

Rasa

hari-hari yang membosankan